Siroh Nabi Muhammad SAW
Arab Sebelum Kelahiran Rosulullah
Arab dan sekitarnya sebelum Nabi diutus diidentikkan dengan nama jahiliyyah. Jahiliyyah oleh para ulama dibahas untuk memotret keadaan Arab secara khusus dan dunia secara umum.
Mekkah bukan wilayah kerajaan dan tidak tunduk dalam kekuasaan Persia ataupun Romawi. Pemerintahan mereka diatur berdasarkan aturan keluarga besar (Bani). Dan akhirnya terjadilah persaingan diantara mereka. Seperti Abu Jahal al Makhzumiyah, mengapa sangat memusuhi Nabi? Dia mengatakan bahwa “keluarga besar saya Bani Makhzum dengan Bani Hasyim seperti dua kuda yang sedang bertaruh”. Ketika Nabi Muhammad mengaku menjadi Nabi, mereka (Bani Makhzum) ketinggalan jauh. Abu Jahal mengira bahwa menjadi Nabi adalah rangkaian dari persaingan. [1]
Masyarakat yang ada sebelum Rosulullah dihadirkan adalah masyarakat jahiliyyah. Jahiliyyah berasal dari kata jahl yang berarti “bodoh” tetapi kata “bodoh” itu artinya bukan tidak mengerti ilmu sama sekali. Memang jahiliyyah Arab banyak yang tidak tahu baca tulis (keahlian baca tulis adalah keahlian yang langka) sehingga mereka disebut sebagai masyarakat yang ummii (tidak tahu baca tulis) termasuk nabi sendiri, namun dalam keseharian mereka punya praktek yang menunjukkan bahwa mereka adalah orang berilmu. Seperti dalam Al Quran surat Al Quraisy ayat 2:
إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَالشِّتَاءِوَالصَّيْفِ
(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
Orang-orang Quraisy memiliki kebiasaan berdagang musim dingin dan musim panas. Mereka berjalan ke utara ke negeri Syam, selatan ke Yaman dan ke arah barat menyebrang laut Merah ke negeri Habasyah. Itu berarti perdagangan yang mereka lakukan sudah di level perdagangan internasional. [2]
Pengertian “kebiasaan” yang kita pahami dalam terjemahan agak ada perbedaan dengan makna إِيلَافِ yang sesungguhnya. Kata إِيلَافِ merupakan karya Abdu Manaf. Abdu Manaf adalah ayah dari kakek buyut Nabi yang bernama Hasyim. Jika diskemakan menjadi :
Abdu Manaf => Hasyim => Abdul Muthallib => Abdullah => Rasulullah
Saat itu Abdu Manaf mencoba membuat anak-anak dan keturunannya (Quraisy) bisa melakukan perdagangan di negeri manapun. Maka kemudian hal yang dia lakukan adalah إِيلَافِ . إِيلَافِ merupakan suatu upaya untuk mendekati pemimpin-pemimpin besar pada saat itu agar anak-anak Abdu Manaf diizinkan berdagang di negeri-negeri itu. Sebelumnya kita perlu mengetahui kondisi arab dan wilayah dua imperium besar yang berkuasa zaman itu supaya kita lebih memahami, mengapa Abdu Manaf perlu melakukan إِيلَافِ.
Pada saat itu jazirah arab diapit oleh dua imperium besar yaitu Persia dan Romawi. Dua kekuatan ini selalu terlibat konflik dan perang berkepanjangan sehingga tentu saja hubungan antara Persia dan Romawi sangat buruk. Yang lebih buruk lagi kehidupan perekonomian Persia dan Romawi otomatis putus. Hal tersebut pasti menggangu perdagangan dan perekonomian orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy meski tidak memiliki kepentingan dalam peperangan tersebut tentu saja ikut terkena dampaknya. Karena mereka tidak bisa dengan leluasa berpindah-pindah melakukan perdagangan di Romawi atau di Persia. Mereka bisa dicurigai sebagai mata-mata.
Melihat situasi yang tidak menguntungkan tersebut maka Abdu Manaf harus berpikir keras bagaimana caranya agar anak-anaknya nanti bisa berdagang dimana saja. Lalu kemudian dia mencoba mendekati para pemimpin Romawi, Persia, Habasyah dan Yaman bernegosiasi agar anak keturunannya dari Quraisy bisa berdagang di negeri tersebut kapan pun itu. Dia mendatangi para pemimpin tersebut dengan membawa hadiah (produksi unggulan) seperti kulit (qirbah). Akhirnya para pemimpin tersebut mengizikannya. Demikianlah yang disebut dengan إِيلَافِ dalam surat al Quraisy. [3]
Dari uraian diatas bisa kita tarik kesimpulan bahwa meski orang Arab Quraisy adalah masyarakat yang ummii (tidak tahu baca tulis) namun mereka memiliki kemampuan strategi yang baik, kemampuan negosiasinya serta kepandaian mengambil hati para pembesar imperium saat itu. Keahlian mereka yang bisa melakukan perdagangan Internasional (hingga lintas negara dan bangsa bahkan lintas bahasa), seperti pada masa sekarang yang mampu melakukan perdagangan internasional hanya orang-orang yang berilmu. Jadi masyarakat jahiliyyah Arab adalah masyarakat yang tidak mengerti baca tulis tapi di sisi lain mereka adalah masyarakat yang memiliki peradaban. [4]
Al Quran Nur Karim menyebut kata "jahiliyyah" sebanyak empat kali. Kata jahiliyyah tersebut mewakili empat segmen kehidupan jahiliyyah. Ini yang kemudian menjadi masalah terbesar yang harus dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW dengan lingkup yang sedunia bukan hanya Mekkah [5]
Pertama di dalam surat Ali Imron ayat 154, Allah berfirman:
Pertama di dalam surat Ali Imron ayat 154, Allah berfirman:
ثُمَّ أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِ الْغَمِّ أَمَنَةً نُعَاسًا يَغْشَىٰ طَائِفَةً مِنْكُمْ ۖ وَطَائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ ۖ يَقُولُونَ هَلْ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ ۗ يُخْفُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ مَا لَا يُبْدُونَ لَكَ ۖ يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ مَا قُتِلْنَا هَاهُنَا ۗ قُلْ لَوْ كُنْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَىٰ مَضَاجِعِهِمْ ۖ وَلِيَبْتَلِيَ اللَّهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
"Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri,mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?". Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah". Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini". Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati."
Orang-orang yang tidak punya ilmu tentang Allah, berkata-kata tentang Allah hanya menduga-duga. Ketika Rosulullah datang menyampaikan:
أَحَدٌ اللَّهُ هُوَ قُلْ
Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa”
Orang-orang Quraisy mengatakan “bagaimana Tuhan bisa satu, Tuhan kita banyak (patung berjumlah 360 yang mengelilingi ka’bah) dan Tuhan yang banyak itu masalah tidak selesai, bagaimana dengan satu Tuhan?” [6]
Poin pertama jahiliyah di atas adalah dari segi keyakinan, akidah dan keimanan. Contoh dari kejahiliyyahan akidah masyarakat adalah maraknya perdukunan. Perdukunan adalah salah satu bukti bahwa masyarakat itu adalah masyarakat jahiliyyah. Jika perdukunan marak dimana-mana, dan menjadikannya sebagai sumber ilmu dan tempat berkonsultasi maka ini membuktikan bahwa mereka ada di dalam kejahiliyyahan aqidah. Para ulama memberikan defenisi dukun adalah siapapun yang mengaku mengetahui hal yang ghoib baik yang sudah terjadi maupun yang akan datang. [7]
Contohnya kemusyrikan. Jahiliyyah arab sebelum Nabi SAW sama persis dengan jahiliyyah Indonesia yang kita katakan hari ini sebagai kehidupan modern. Tetapi asal jauh dari Allah dan RasulNya maka akan memiliki konsep jahiliyyah yang sama. Tentang kemusyrikan Nabi pernah menyampaikan "tidak ada keyakinan tentang sialnya bulan safar" , ternyata sampai hari ini tidak sedikit yang meyakini bulan safar adalah bulan yang tidak baik sehingga banyak yang menghindari mengadakan acara-acara besar di bulan itu. Yang demikian adalah keyakinan jahiliyyah dan kemusyrikan yang telah dihapuskan oleh Islam. Selain itu adalah perdukunan.
Kedua di dalam surat Al Maidah ayat 50 Allah berfirman:
Kedua di dalam surat Al Maidah ayat 50 Allah berfirman:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُون
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?"
=> poin kedua berbicara tentang peraturan, hukum yang jahiliyyah. Sebuah hukum yang kita kira bijak dan terlihat bagusnya tetapi ketika jauh dari Allah dan RasulNya maka yakinlah kita akan kecewa dengan dugaan kita. Di Arab jahiliyyah mereka memiliki peraturan-peraturan yang mereka buat sendiri contohnya dalam pernikahan. Dahulu orang-orang Arab mengenal beberapa jenis pernikahan yang menurut mereka semuanya legal. Yang sesuai dengan syariat Islam hanya satu yaitu pernikahan yang kita kenal hari ini dan sisanya adalah perzinahan. Aisyah Ra menjelaskan jenis-jenis pernikahan :
=> poin kedua berbicara tentang peraturan, hukum yang jahiliyyah. Sebuah hukum yang kita kira bijak dan terlihat bagusnya tetapi ketika jauh dari Allah dan RasulNya maka yakinlah kita akan kecewa dengan dugaan kita. Di Arab jahiliyyah mereka memiliki peraturan-peraturan yang mereka buat sendiri contohnya dalam pernikahan. Dahulu orang-orang Arab mengenal beberapa jenis pernikahan yang menurut mereka semuanya legal. Yang sesuai dengan syariat Islam hanya satu yaitu pernikahan yang kita kenal hari ini dan sisanya adalah perzinahan. Aisyah Ra menjelaskan jenis-jenis pernikahan :
1. Nikah mencari anak. Ada orang yang menikah sekian lama dan istrinya tidak kunjung hamil maka suaminya mengizinkan istrinya untuk ditiduri oleh temannya, dan ketika dia hamil dia pulang dan kemudian diakui menjadi anaknya.
2. Pelacuran (dianggap sebagai pernikahan dan legal di masyarakat). Dan jahiliyyah hari ini bisa lebih buruk dari Arab jahiliyyah dahulu karena saat itu tidak ada pernikahan sejenis. Hari ini mereka bahkan meminta untuk disahkan pernikahan sejenis. (lebih lengkap lihat Ar Rahiq Al Makhtum-pent)
Ketiga di dalam surat Al Ahzab ayat 33 Allah berfirman:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
"dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya"
=> poin ketiga berbicara tentang Ummahatul mukminin untuk menetap di rumah dan tidak berpenampilan jahiliyyah. Penampilan jahiliyyah berarti bahwa ketika penampilan itu mendapat porsi yang khusus dalam Al Quran maka kerusakan yang ditimbulkan sangat luar biasa. Penampilan jahiliyyah yang menyebabkan maraknya sebuah kemaksiatan bahkan hingga kemaksiatan zina maka dari itu ia mendapat perhatian dan penampilan (Islam) adalah bukti iman seseorang sehingga di dalam Islam yang sangat diperbaiki adalah penampilan maka bisa dilihat hari ini, semakin seseorang jauh dari Allah dan RasulNya maka akan semakin bertelanjang. Mereka menyebutnya sebagai ekspresi diri, jiwa bahkan seni (dalam bahasa mereka). Yang jelas yang demikian adalah penampilan jahiliyyah.
Keempat di dalam surat Al Fath ayat 26 Allah berfirman:
إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ
اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَىٰ
وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا ۚ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
"Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyahlalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
=> poin empat kata "hamiyyah jahiliyyah" orang mempertahankan dirinya dengan kesombongan dan fanatisme terhadap suku, golongan, negara (dan bukan syariat Allah sebagai ukurannya). Di masyarakat jahiliyyah dahulu mereka bisa menumpahkan darah hanya karena kalah di dalam perlombaan berkuda. Pihak yang kalah akan marah dan diejek pihak yang menang dengan kalimat syair dan ujungnya pertumpahan darah terjadi diantara mereka. Dan demikian yang terjadi di sekitar kita hari ini, fanatisme terhadap kelompoknya hingga terjadi pertumpahan darah karena sebuah permainan. Atau seseorang yang tidak bisa menerima kebenaran yang disampaikan oleh orang lain karena fanatisme kelompoknya. Dan inilah yang disebut dengan hamiyyatal jahiliyyah. [8]
Sumber:
[1] Ashari, Budi. 2014. “Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad”. https://www.youtube.com/watch?v=ZNdR7OIhUpQ
[3] Ashari, Budi. 2016. “ Kedermawanan Menakhlukan Dunia” https://www.youtube.com/watch?v=DwmW8a8p9no
[5] ibid
[6] ibid
[7] ibid
[8] Ashari, Budi. “Masa Kejahiliyahan”. Kajian Online Siroh Nabawiyyah. 1 Desember 2015. (Transkrip lengkap:
http://ericcanurdiana.blogspot.co.id/2015/12/masa-kejahiliyahan-2.html)
Kelahiran dan Masa Pengasuhan
bersambung....
0 Komentar Untuk "Siroh Nabi Muhammad SAW"
Post a Comment