Arti Dan Makna At-Takwir; Asal Kata Dan Pokok Isinya
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
jadipintar.com (Depok)-Surat At-Takwir adalah surat urutan ke-81 dalam mushaf Al-Qur'an, terdiri atas 29 ayat dan termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al-Massad. Kata "At-Takwir" yang menjadi nama bagi surat ini adalah kata asal (mashdar) dari kata kerja "Kuwwirat" yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Dalam Kitab Shahih Bukhari dan Sunan Tirmidzi, penafsiran kedua ulama itu terhadap ayat-ayat surah ini mereka letakkan di bawah judul surah Idza asy-Syamsu Kuwwirat. Memang tidak ditemukan riwayat yang bersumber dari Nabi saw. yang menjelaskan nama surat ini. Dalam Sunan Tirmidzi dan Ahmad melalui shahabat Nabi saw., Ibnu Umar r.a., ditemukan bahwa Nabi saw. bersabda: "Siapa yang ingin melihat hari Kiamat bagaikan melihatnya dengan pandangan mata kepala, maka hendaklah dia membaca Idzasy-Syamsu Kuwwirat, dan Idzas-Samaa' Infatharat dan Idzas-Samaa'Insyaqqat."
Sayyid Quthub menggarisbawahi ketidakmampuan kita memahami hakikat yang digambarkan di atas, boleh jadi yang dimaksud adalah dinginnya matahari, pudarnya cahayanya dan terhentinya apa yang terjadi sekarang berupa jilatan-jilatan api yang menyembur dari segala sisinya dan yang bersumber dari ribuan mil di angkasa raya. Ini sebagaimana dapat dipantau melalui teleskop pada masa gerhana, kesemuanya berubah dari gas yang memancar akibat dorongan panas yang mencapai 12.000 derajat sehngga menjadikan semua unsur yang membentuk matahari menjadi gas-gas yang menyala - semua berubah - pada saat terjadi apa yang digambarkan ayat-ayat di atas - menjadi membeku seperti kuli bimi kita dan berputar memlilit tanpa jilatan api. Tetapi bagaimana terjadinya serta apa-apa faktor penyebab terjadinya, semua hanya diketahui oleh Allah swt. semata. Wallaahu a'lam.
Hubungan Surat At-Takwir Dengan Surat Al-Infithar
1. Permulaan dari kedua surat ini sama-sama mengemukakan kejadian-kejadian dahsyat pada hari Kiamat.
2. Pada surat At-Takwir dinyatakan bahwa tiap jiwa akan mengetahui apa-apa yang telah dikerjakannya, kemudian pada surat Infithar diulang lagi dan ditegaskan bahwa manusia-manusia itu tak dapat saling tolong-menolong di akhirat.
Dalam Kitab Shahih Bukhari dan Sunan Tirmidzi, penafsiran kedua ulama itu terhadap ayat-ayat surah ini mereka letakkan di bawah judul surah Idza asy-Syamsu Kuwwirat. Memang tidak ditemukan riwayat yang bersumber dari Nabi saw. yang menjelaskan nama surat ini. Dalam Sunan Tirmidzi dan Ahmad melalui shahabat Nabi saw., Ibnu Umar r.a., ditemukan bahwa Nabi saw. bersabda: "Siapa yang ingin melihat hari Kiamat bagaikan melihatnya dengan pandangan mata kepala, maka hendaklah dia membaca Idzasy-Syamsu Kuwwirat, dan Idzas-Samaa' Infatharat dan Idzas-Samaa'Insyaqqat."
1. Makna Asal Kata
Kata (كُوِّرَ) kuwwirat terambil dari kata (كور) kawwara yakni menghimpun sesuatu ke sesuatu yang lain dengan melipatnya. Sementara ulama berpendapat bahwa kata ini asalnya dari bahasa Persia. Kata ini biasa digunakan untuk menggambarkan serban yang dililit di kepala. Yang dimaksud adalah rusaknya sistem yang berkaitan dengannya sehingga matahari hancur berantakan. Penggunaan bentuk pasif (dililit) mengisyaratkan betapa mudah hal tersebut dilakukan oleh Allah swt.Sayyid Quthub menggarisbawahi ketidakmampuan kita memahami hakikat yang digambarkan di atas, boleh jadi yang dimaksud adalah dinginnya matahari, pudarnya cahayanya dan terhentinya apa yang terjadi sekarang berupa jilatan-jilatan api yang menyembur dari segala sisinya dan yang bersumber dari ribuan mil di angkasa raya. Ini sebagaimana dapat dipantau melalui teleskop pada masa gerhana, kesemuanya berubah dari gas yang memancar akibat dorongan panas yang mencapai 12.000 derajat sehngga menjadikan semua unsur yang membentuk matahari menjadi gas-gas yang menyala - semua berubah - pada saat terjadi apa yang digambarkan ayat-ayat di atas - menjadi membeku seperti kuli bimi kita dan berputar memlilit tanpa jilatan api. Tetapi bagaimana terjadinya serta apa-apa faktor penyebab terjadinya, semua hanya diketahui oleh Allah swt. semata. Wallaahu a'lam.
2. Redaksi Surat Dan Terjemahannya
Terjemah
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Apabila matahari digulung, (1) dan apabila bintang-bintang berjatuhan, (2) dan apabila gunung-gunung dihancurkan, (3) dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan [tidak diperdulikan], (4) dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, (5) dan apabila lautan dipanaskan, (6) dan apabila ruh-ruh dipertemukan [dengan tubuh], (7) apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, (8) karena dosa apakah dia dibunuh, (9) dan apabila catatan-catatan [amal perbuatan manusia] dibuka, (10) dan apabila langit dilenyapkan, (11) dan apabila neraka Jahim dinyalakan, (12) dan apabila surga didekatkan, (13) maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya. (14) Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang, (15) yang beredar dan terbenam, (16) demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, (17) dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing, (18) sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar firman [Allah yang dibawa oleh] utusan yang mulia [Jibril], (19) yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ’Arsy, (20) yang dita’ati di sana [di alam malaikat] lagi dipercaya. (21) Dan temanmu [Muhammad] itu bukanlah sekali-kali orang yang gila. (22) Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang. (23) Dan Dia [Muhammad] bukanlah seorang yang bakhil untuk menerangkan yang ghaib. (24) Dan Al Qur’an itu bukanlah perkataan syaitan yang terkutuk, (25) maka ke manakah kamu akan pergi? [1] (26) Al Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam, (27) [yaitu] bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. (28) Dan kamu tidak dapat menghendaki [menempuh jalan itu] kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. (29)
|
Surat At-Takwir
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
إِذَا ٱلشَّمۡسُ كُوِّرَتۡ (١) وَإِذَا ٱلنُّجُومُ ٱنكَدَرَتۡ (٢) وَإِذَا ٱلۡجِبَالُ سُيِّرَتۡ (٣) وَإِذَا ٱلۡعِشَارُ عُطِّلَتۡ (٤) وَإِذَا ٱلۡوُحُوشُ حُشِرَتۡ (٥) وَإِذَا ٱلۡبِحَارُ سُجِّرَتۡ (٦) وَإِذَا ٱلنُّفُوسُ زُوِّجَتۡ (٧) وَإِذَا ٱلۡمَوۡءُ ۥدَةُ سُٮِٕلَتۡ (٨) بِأَىِّ ذَنۢبٍ۬ قُتِلَتۡ (٩) وَإِذَا ٱلصُّحُفُ نُشِرَتۡ (١٠) وَإِذَا ٱلسَّمَآءُ كُشِطَتۡ (١١) وَإِذَا ٱلۡجَحِيمُ سُعِّرَتۡ (١٢) وَإِذَا ٱلۡجَنَّةُ أُزۡلِفَتۡ (١٣) عَلِمَتۡ نَفۡسٌ۬ مَّآ أَحۡضَرَتۡ (١٤) فَلَآ أُقۡسِمُ بِٱلۡخُنَّسِ (١٥) ٱلۡجَوَارِ ٱلۡكُنَّسِ (١٦) وَٱلَّيۡلِ إِذَا عَسۡعَسَ (١٧) وَٱلصُّبۡحِ إِذَا تَنَفَّسَ (١٨) إِنَّهُ ۥ لَقَوۡلُ رَسُولٍ۬ كَرِيمٍ۬ (١٩) ذِى قُوَّةٍ عِندَ ذِى ٱلۡعَرۡشِ مَكِينٍ۬ (٢٠) مُّطَاعٍ۬ ثَمَّ أَمِينٍ۬ (٢١) وَمَا صَاحِبُكُم بِمَجۡنُونٍ۬ (٢٢) وَلَقَدۡ رَءَاهُ بِٱلۡأُفُقِ ٱلۡمُبِينِ (٢٣) وَمَا هُوَ عَلَى ٱلۡغَيۡبِ بِضَنِينٍ۬ (٢٤) وَمَا هُوَ بِقَوۡلِ شَيۡطَـٰنٍ۬ رَّجِيمٍ۬ (٢٥) فَأَيۡنَ تَذۡهَبُونَ (٢٦) إِنۡ هُوَ إِلَّا ذِكۡرٌ۬ لِّلۡعَـٰلَمِينَ (٢٧) لِمَن شَآءَ مِنكُمۡ أَن يَسۡتَقِيمَ (٢٨) وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (٢٩)
|
3. Pokok-Pokok Isinya:
Keguncangan-keguncangan yang terjadi pada hari Kiamat; Pada hari Kiamat setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya waktu di dunia; Al-Qur'an adalah firman Allah yang disampaikan oleh Jibril a.s.; Penegasan kenabian Muhammad saw.; Al-Qur'an sumber petunjuk bagi umat manusia yang menginginkan hidup lurus; Suksesnya manusia dalam mencapai kehidupan yang lurus itu tergantung kepada taufik dari Allah.4. Asbaabun Nuzul (Sebab-Sebab Turunnya)
- Imam ibnu Jarir dan Imam ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Sulaiman ibnu Musa yang telah menceritakan bahwa sewaktu ayat ini diturunkan, yaitu firmanNya: " [yaitu] bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus." (Q.S. At-Takwir: 28). Abu Jahal berkata: "Hal tersebut terserah kepada diri kami sendiri, jika kami menghendaki, niscaya kami dapat menempuh jalan yang lurus itu; dan jika kami tidak menhendakinya, niscaya kami tidak akan dapat menempuh jalan itu." Maka Allah menurunkan firmanNya yang lain, yaitu: "Dan kamu tidak dapat menghendaki [menempuh jalan itu] kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam." (Q.S. At-Takwir: 29).
- Imam Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan hadits yang serupa melalui jalur Baqiyyah yang ia terima dari Amr ibnu Muhammad; Amr ibnu Muhammad menerimanya ari Zaid ibnu Aslam, kemudian Zaid menerimanya dari Abu Huairah r.a.
- Imam Ibnul Mundzir telah mengetengahkan sebuah hadits melalui jalur Sulaiman dan bersumber dari Al-Qasim ibnu Mukhaimirah. Hadits yang diketengahkannya itu sama dengan hadits di atas tadi.
4. Penutup
Surat At-Takwir mengemukakan tentang kejadian-kejadian pada hari Kiamat serta kebenaran Al-Qur'an sebagai wahyu Allah dan kerasulan Nabi Muhammad saw.Hubungan Surat At-Takwir Dengan Surat Al-Infithar
1. Permulaan dari kedua surat ini sama-sama mengemukakan kejadian-kejadian dahsyat pada hari Kiamat.
2. Pada surat At-Takwir dinyatakan bahwa tiap jiwa akan mengetahui apa-apa yang telah dikerjakannya, kemudian pada surat Infithar diulang lagi dan ditegaskan bahwa manusia-manusia itu tak dapat saling tolong-menolong di akhirat.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Sebarkan !!! insyaallah bermanfaat.
Sumber:
Tafsir Jalalain 2, hal. 1278, Penerbit: Sinar Baru Algensindo
Tafsir sepersepuluh dari Al-Qur'anil Karim hal.48-49
Tafsir sepersepuluh dari Al-Qur'anil Karim hal.48-49
0 Komentar Untuk "Arti Dan Makna At-Takwir; Asal Kata Dan Pokok Isinya"
Post a Comment