Dimensi Dalam Belajar Sejarah
Budi Ashari Lc
Kajian Online Siroh Nabawiyyah 8 Desember 2015 (003)
Assalamualaikum
Mitra Muslim yang dirahmati Allah SWT
Mari kita dalami lagi dan lebih bersemangat belajar sejarah agar kita tahu bagaimana belajar sejarah yang menyenangkan dan penuh ibroh bagi diri, keluarga, masyarakat serta negeri ini. Dengarkan saya bertutur satu kisah, dan rasakan betapa dahsyatnya kisah masuk dalam relung jiwa, ia bergerak, berfungsi, bekerja pada diri kita.
Di dalam kitab A'lam An-nubala, penulisnya Imam Adz Dzahabi menyampaikan kisah pertemuan empat orang anak muda. Yang satu adalah Abdullah ibn Umar, dan yang tiga adalah putra-putra shahabat mulia Az Zubair ibn Awwam RA yaitu Abdullah ibn Zubair, Urwah ibn Zubair, Mush'ab ibn Zubair. Keempat anak muda ini berkumpul di Hijr Ismail (setengah lingkaran yang ada di dekat Ka'bah). Mereka duduk di Hijr Ismail dan membuka majelis yang sangat unik karena membuka dengan kalimat tamannau (berharaplah) "Mari kita buka majelis ini dengan berharap". Maka kemudian majelis itu dibuka oleh kalimat Abdullah bin Zubair RA, mengatakan "uriidu khilafah (saya ingin kekhilafahan)", kemudian Urwah berkata "Saya ingin menjadi tempat masyarakat mengambil ilmu", kemudian Mush'ab berkata "saya ingin menjadi amir Iraq dan menikah dengan Aisyah binti Thalhah dan Syukainah binti Husein -- (dua wanita yang cerdas dan cantik di zamannya)--" , kemudian yang tersisa terakhir adalah Abdullah ibn Umar, berkata "Aku ingin Allah mengampuni aku."
Subhanallah Hijr Ismail menjadi saksi cita-cita tulus mereka, dan Allah sampaikan mereka pada takdirnya. Abdullah bin Zubair benar-benar menjadi Khalifah selama kurang lebih sembilan tahun. Urwah bin Zubair benar-benar menjadi salah seorang ulama besar di Kota Madinah. Mush'ab bin Zubair benar-benar menjadi pemimpin di Negeri Iraq dan menikahi dua wanita yang disebutkan. Dan yang tidak bisa kita lihat adalah Allah SWT yang memiliki rahasia apakah Dia mengampuni dosa-dosa Abdullah ibn Umar tetapi Imam Adz Dzahabi mengatakan "Dan Allah akan mengampuni dosa-dosa Abdullah ibn Umar sebagaimana yang ia inginkan dalam majelis itu"
Apa yang kita rasakan ketika mendengar kisah itu? bukankah di dalamnya sudah mengandung pelajaran mahal. Semisal pelajaran "jangan pernah takut bercita-cita", semua orang boleh bercita-cita dan bedakan antara bercita-cita dengan orang yang berkhayal. Orang yang bercita-cita boleh menggantung setinggi langit, melaksanakan dan mencoba serta berupaya maksimal untuk mencapai apa yang diinginkannya itu. Adapun orang yang berkhayal dan bermimpi, dia hanya ada di tempat tidurnya dan tidak bergerak sama sekali.
Dan begitulah orang hanya ditugasi untuk bercita-cita kemudian dia berusaha semaksimal mungkin dalam upayanya menjadi hamba Allah yang mulia dan baik serta berilmu sebagaimana yang disampaikan dalam hadist Nabi SAW "Bekerjalah kalian, setiap kalian akan dimudahkan menuju takdirnya masing-masing"
Untuk itulah kemudian sejarah memiliki fungsi-fungsi yang lain. Setidaknya ada empat fungsi besar yang harus kita ambil dalam belajar sejarah.
- Motivasi => Kisah diatas merupakan motivasi bagi kita semua jika kita mau merenunginya. Siapapun punya kesempatan. Seperti Abdullah bin Zubair, siapalah beliau sehingga kemudian ia bercita-cita menjadi seorang khalifah? Beliau bukan dari keluarga istana walaupun benar beliau adalah keluarga shahabat Nabi yang mulia. Sejarah memiliki kekuatan motivasi, mendorong kita untuk kita melakukan sesuatu. Dan sejarah adalah sang motivator yang sangat hebat.
- Solusi => Sepanjang kita mempelajari sejarah Islam, kita akan mendapatkan solusi-solusi sangat detail. Sejarah memberikan solusi dari segala permasalahan yang kita hadapi mulai dari permasalahan pribadi, keluarga, negeri hingga bumi ini.
- Kekuatan Inspirasi => Sejarah memberikan kita kekuatan inspirasi. Hal yang sangat baru dan dengan itu kita maju beberapa langkah ke depan dibandingkan dengan orang lain, bahkan itu diperkuat dengan sabda Nabi yang disebut An Nubuwat yaitu sabda Nabi yang berbicara tentang masa depan. Yang demikian bukanlah ramalan atau prediksi melainkan sebuah kepastian karena disampaikan oleh wahyu.
- Kekuatan prediksi => Kekuatan sejarah adalah kekuatan prediksi bahkan sebagiannya adalah nubuwat dan itu sebuah kepastian masa depan. Ketika Rasulullah menyampaikan bahwa muslimin akan menakhlukkah Persia, Romawi dan Mesir semua itu belum ditakhlukkan bahkan saat Rasulullah sudah wafat melainkan ditakhlukkan pada saat Kekhalifahan Umar bin Khattab RA. Ketika Rasulullah mengatakan bahwa muslimin akan membuka Kota Konstantinopel, hal ini baru terjadi delapan abad setelah Rasulullah bersabda tentangnya. Dan ketika Rasulullah menyampaikan pada hadist yang sama bahwa muslimin akan mengantar hidayah hingga ke Roma sebagaimana membuka Kota Konstantinopel, ini pasti akan terjadi hanya Roma belum kunjung mendapatkan hidayahnya. Jadi kita bukan hanya berbicara tentang sebuah prediksi tapi sebuah kepastian. Di sisi lain sejarah juga memberikan kekuatan prediksi karena ia adalah suatu sunnatullah yang terulang. Misal ketika kita berbicara tentang pembersihan tanah Palestina dari tangan-tangan zionis yang mengotorinya maka kita akan tahu bahwa para ulama dan ahli sejarah membuat suatu prediksi yang berani bahwa ketika zionis menjatuhkan berton-ton bom di Gaza pada tahun 2009 dan muncul keyakinan dari para ilmuwan di negeri jihad tersebut anak-anak yang lahir pada saat bom-bom itu dijatuhkan (kurang lebih 3000 anak baru) inilah anak yang rentang 15 hingga 20 tahun ke depan akan membebaskan Palestina dari zionis. Dan darimana analisa ini keluar? karena mencoba berkaca dari sejarah Solahuddin Al Ayubi, orang yang sangat ditakuti dalam sejarah zionis karena dia adalah orang yang berhasil membersihkan Palestina dari tangan-tangan salib saat itu. Dan Sholahuddin adalah generasi ketiga sejak orang-orang salib menguasai Palestina. Dan anak-anak yang terlahir pada tahun 2009 itu adalah generasi ketiga dari para mujahid yang mencoba membebaskan Palestina dari tangan-tangan zionis. Maka kemudian para ilmuwan hari ini mencoba memprediksi jika sejarah Sholahuddin terulang maka generasi ketiga inilah yang akan membebaskan Palestina dengan izin Allah SWT. Begitu kuatnya sejarah ini maka mari kita pelajari, mudah-mudahan kita mendapat keempat kekuatan (motivasi, solusi, inspirasi, prediksi) sejarah tersebut. Wallahu a'lam bissowab
Transkrip: Ericca Nurdiana
Catatan
Diperbolehkan menyebarluaskan isi blog ini untuk kepentingan dakwah islam dengan syarat mencantumkan alamat blog, tidak mengedit konten tulisan dan bukan untuk tujuan komersial.
0 Komentar Untuk "Dimensi Dalam Belajar Sejarah"
Post a Comment